![]() |
Eka Kurniawan |
Penulis UGM
Insan-Insan UGM Yang Berkontribusi Terhadap Budaya Menulis Di Indonesia. Mereka Adalah: Sastrawan, Penyair, Kolumnis Di Setiap Jamannya.
Jumat, 30 November 2012
Eka Kurniawan
Kamis, 29 November 2012
Ashadi Siregar
![]() |
Ashadi Siregar |
Nama: ASHADI SIREGAR
Lahir : 3 Juli 1945, di Pematang Siantar
Status : Menikah, 1 isteri dan 2 anak
E-mail: ashadi@gmail.com
Pendidikan
- SR Negeri I, Rantauprapat (1958)
- SMP Negeri I, Padangsidempuan (1961)
- SMA bag. B Negeri I, Padangsidempuan (1964)
- Fakultas Sosial dan Politik Spesialisasi Ilmu Publisistik/Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1970)
Pekerjaan/jabatan sekarang
- Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1970), pensiun Pembina Utama Madya IV/d (2010)
- Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya/LP3Y
Kegiatan akademik
- Pengajar dan peneliti media (jurnalisme, televisi dan film)
- Pembicara/penceramah seminar media, kebudayaan dan Lembaga Swadaya Masyarakat
- Research Fellow, Audio – Visual Media for Social Sciences, Department of Anthropology, University of South Carolina, USA
- Pengajar tamu pada Fakultas Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta
- Pengajar tamu pada Program Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Referensi
- Who’s Who in Indonesia, Second revised Edition, O.G.Roeder – Mahiddin Mahmud, Gunung Agung, Singapore (1980)
- Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia (edisi 1981-1982); (edisi 1983-1984); (edisi 1985-1986), Penerbit Grafiti Pers, Jakarta (1981), (1983), (1985)
- Apa dan Siapa Sejumlah Alumni UGM, Penerbit Pustaka LP2ES, Jakarta (1999)
Tanda penghargaan/kehormatan
- Medali Satyalancana Karya Satya XX Tahun, Presiden RI (1999)
- Medali Piagam Pengharaan Kesetiaan, Rektor Universitas Gadjah Mada (1999)
- Medali Satyalancana Karya Satya XXX Tahun, Presiden RI (2007)
- Press Card Number One, Penghargaan Panitia Pusat Hari Pers Nasional, Persatuan Wartawan Indonesia Pusat (2010)
Pengalaman profesional
- Redaktur Mingguan Publica Yogyakarta (1968)
- Dosen tetap pada Jurusan Publisistik/Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1970 – 2010)
- Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Mingguan Sendi Yogyakarta (1972 – 1973)
- Pembantu lepas (stringer) Majalah Tempo Jakarta untuk Yogyakarta (1973)
- Anggota Direksi Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya/LP3Y (1982 – 1992)
- Penasehat/advisor untuk produksi 3 film berdasarkan novel Cintaku di Kampus Biru,Kugapai Cintamu dan Terminal Cinta Terakhir (1976 – 1977)
- Perancang dan supervisor berbagai pelatihan jurnalistik (1980 – sekarang)
- Perancang dan supervisor berbagai pelatihan penulisan skenario televisi (1980 – sekarang)
- Perancang dan supervisor berbagai pelatihan manajemen seni pertunjukan (1980 – sekarang)
- Perancang dan supervisor berbagai pelatihan untuk aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tentang manajemen perencanaan pembangunan masyarakat (1982 – sekarang)
- Konsultan media massa (1982 – sekarang)
- Sekretaris Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (1990 – 1996)
- Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya/LP3Y (1992 – sekarang)
- Dewan Pengawas Yayasan Institut Arus Informasi (ISAI), Jakarta (1994 – 2008)
- Produser Eksekutif Produksi Film Televisi Tajuk 6 (enam) episode ditayangkan di Televisi Pendidikan Indonesia/TPI (1996)
- Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (1996 – 1999)
- Redaktur Ahli Majalah JURNAL Pasar Modal Indonesia, Jakarta (2000)
- Advisor Komunitas TV Publik Indonesia (KTVPI/Yayasan Sains Estetika Teknologi – SET), Jakarta (2000 – 2001)
- Ketua Tim Ombudsman SKH Kompas (2003 – sekarang)
Pengalaman organisasi
- Anggota/aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) (1968 – 1970)
- Anggota pengurus Dewan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta (DK-DIY) (1979 – 1990)
- Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Cabang Yogyakarta (1983 – 1991)
- Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat (1991 – 1995)
Publikasi
- Menulis 12 novel, 4 di antaranya difilmkan
- Menulis dan menyunting sejumlah buku tentang media dan kebudayaan.
- Menulis sejumlah artikel kontribusi jurnal dan antologi buku tentang media dan kebudayaan
- Menulis kolom untuk suratkabar dan majalah berita
(Sumber: ashadisiregar.com)
Bakdi Soemanto
![]() |
Bakdi Soemanto |
C.
Soebakdi Soemanto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 29 Oktober 1941; umur 71 tahun), adalah seorang penulis Indonesia, dosenFakultas Sastra UGM.[1]
Pendidikan dan Karir
Menyelesaikan
pendidikan di jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UGM (1977), mengikuti
"American Studies Program" di Universitas Indonesia (1982), dan
menyelesaikan program pasca sarjana di UGM (1985). Pernah mengajar di IKIP
Sanata Darma (1971-1979), Akademi Kewanitaan Yogyakarta (1976-1979), Akademi
Bahasa Asing Kumendaman Yogyakarta (1979-1982), Fakultas Sastra Universitas
Sebelas Maret Solo (1979-1982) dan Oberlin College dan Northern Illinois
University, AS (1986-1987). Selain itu, ia juga pernah menjadi redaktur Basis
(1965-1967), Mahasiswa Indonesia edisi Jawa Tengah (1966-1969), Peraba
(1971-1976), dan Semangat (1975-1979). Ia pun pernah menjadi Ketua Umum Dewan
Kesenian Yogyakarta.
Hasil karya
Sajak-sajaknya
dimuat dalam:[1]
§ Linus Suryadi AG (ed.)
§ Tugu (br, 1986)
§ Tonggak 3 (br,1987)
Karyanya
yang lain:
§ Dari Kartu Natal ke Doktor Plimin (kc,1979)
§ Angan-Angan Budaya Jawa: Analisis Semiotik Pengakuan Pariyem (1999)
§ Kalung Tanda Silang (cerber,belum dibukukan).
(sumber: wikipedia)
Sapardi Djoko Damono
![]() |
Sapardi Djoko Damono |
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 72 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari
berbagai puisi-puisi
yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat
populer.
Alumni Sastra UGM.
Riwayat hidup
Masa mudanya dihabiskan di
Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini
ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya
menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak
tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia
pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada
masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison",
"Basis", dan "Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak
menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah
salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan
Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia
sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia
tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek.
Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di
surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat
populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan
bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni,Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu
Pagi Hari.
Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal
terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet
"Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga
melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.
Berikut adalah karya-karya
SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Kumpulan Puisi/Prosa
§ "Duka-Mu Abadi",
Bandung (1969)
§ "Mata Pisau"
(1974)
§ "Puisi Klasik
Cina" (1976; terjemahan)
§ "Lirik Klasik
Parsi" (1977; terjemahan)
§ "Dongeng-dongeng Asia
untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
§ "Perahu Kertas"
(1983)
§ "Water Color
Poems" (1986; translated by J.H. McGlynn)
§ "Suddenly the night:
the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
§ "Afrika yang Resah
(1988; terjemahan)
§ "Mendorong Jack
Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia,
dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
§ "Hujan Bulan
Juni" (1994)
§ "Black Magic Rain"
(translated by Harry G Aveling)
§ "Arloji" (1998)
§ "Ayat-ayat Api"
(2000)
§ "Mata Jendela"
(2002)
§ "Ada Berita Apa hari
ini, Den Sastro?" (2002)
§ "Membunuh Orang
Gila" (2003; kumpulan cerpen)
§ "Nona Koelit Koetjing:
Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005;
salah seorang penyusun)
§ "Before Dawn: the
poetry of Sapardi Djoko Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)
§ "Kolam" (2009;
kumpulan puisi)
Selain menerjemahkan beberapa
karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam bahasa Indonesia,
Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawa dan
manuskrip I La Galigo. kobe
Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi karya
SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa,
membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya
mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari
"Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan
oleh Ratna Octaviani.
Beberapa tahun kemudian
lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan
musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan
salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.
Album "Hujan Dalam
Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.
Sebagai tindak lanjut atas
banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet
Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh
album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu.
Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga
mengadakan konser kantata "Ars Amatoria"
yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair
lain.
Buku
§ "Sastra Lisan
Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri
Bunga Rampai Sastra ASEAN.
§ "Puisi Indonesia Sebelum
Kemerdekaan"
§ "Dimensi Mistik dalam
Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical
Dimension of Islam", salah seorang penulis.
Pustaka Firdaus
§ "Jejak Realisme dalam
Sastra Indonesia" (2004), salah seorang penulis.
§ "Sosiologi Sastra:
Sebuah Pengantar Ringkas" (1978).
§ "Politik ideologi dan
sastra hibrida" (1999).
§ "Pegangan Penelitian
Sastra Bandingan" (2005).
§ "Babad Tanah
Jawi" (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia
dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai
Pustaka 1939).
(sumber: wikipedia)
W.S. Rendra
![]() |
W.S. Rendra |
Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra); lahir di Solo, Jawa Tengah, 7
November 1935 – meninggal di Depok, Jawa
Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah penyair ternama yang
kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater diYogyakarta pada tahun 1967. Ketika
kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa
kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.
Masa kecil
Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo
dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa
Jawa pada sekolah Katolik, Solo,
di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton majapahit. Masa
kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya. Setelah menikah,
ia pindah agama menjadi Islam
Pendidikan
§ TK Marsudirini, Yayasan Kanisius.
§ SD s/d SMU Katolik, St. Yosef, Solo - Tamat pada
tahun 1955.
§ Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan
Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta - Tidak tamat.
§ kursus dengan fadli dzulikram
§ mendapat beasiswa American Academy of Dramatical
Art (1964 - 1967).
Rendra sebagai sastrawan
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku
SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan dramauntuk berbagai
kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas
panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca
puisi yang sangat berbakat.
Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun
1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir
menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis,
Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam
majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun
70-an.
"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika
ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat
penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu
membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya
Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan
Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau
kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat
bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi
juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
asing, di antaranya bahasaInggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.
Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di
antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The
Valmiki International Poetry Festival, New Delhi(1985),
Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto
Festival, Melbourne, Vagarth
World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala
Lumpur (1992), dan Tokyo
Festival (1995).
Bengkel Teater dan
Bengkel Teater Rendra
Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika
Serikat, ia mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di
Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun
sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk
mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya. Kelompok
teaternyapun tak pelak sukar bertahan. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra
hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Depok. Pada 1985, Rendra mendirikan Bengkel
Teater Rendra yang masih berdiri sampai sekarang dan menjadi basis bagi
kegiatan keseniannya.
Bengkel teater ini berdiri di atas lahan sekitar 3 hektar yang
terdiri dari bangunan tempat tinggal Rendra dan keluarga, serta bangunan
sanggar untuk latihan drama dan tari.
Di lahan tersebut tumbuh berbagai jenis tanaman yang dirawat
secara asri, sebagian besar berupa tanaman keras dan pohon buah yang sudah ada
sejak lahan tersebut dibeli, juga ditanami baru oleh Rendra sendiri serta
pemberian teman-temannya. Puluhan jenis pohon antara lain, jati, mahoni, ebony,
bambu, turi, mangga, rambutan, jengkol, tanjung, singkong dan lain-lain.
Penelitian tentang karya Rendra
Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia yang
besar perhatiannya terhadap kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan
menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra dalam tulisannya yang berjudul “A
Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”. Karya Rendra juga
dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle
dalam bentuk disertasi yang berjudul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis der Zeitgenossichen
Indonesischen Literatur.
Verlag von Dietrich Reimer in Berlin: Hamburg 1977.
Penghargaan
§ Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari
Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954)
§ Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
§ Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
(1970)
§ Hadiah Akademi Jakarta (1975)
§ Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1976)
§ Penghargaan Adam Malik (1989)
§ The S.E.A. Write Award (1996)
§ Penghargaan Achmad Bakri (2006).
Kontroversi pernikahan, masuk Islam dan julukan
Burung Merak
Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri
Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra
mendapat lima anak: Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel
Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta.
Romantisme percintaan mereka memberi inspirasi Rendra sehingga lahir beberapa
puisi yang kemudian diterbitkan dalam satu buku "Empat Kumpulan
Sajak".
Di kemudian hari pada tahun 1971 datanglah Raden Ayu Sitoresmi
Prabuningrat ditemani oleh kakaknya RA Laksmi Prabuningrat, keduanya adalah putri
darah biru KeratonYogyakarta mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid
Rendra dan bergabung dengan Bengkel Teater. Tak lama kemudian Rendra melamar
Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Peristiwa itu, tak pelak
lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti mengenai masuknya Rendra
menjadi Islam hanya untuk poligami. Tapi
alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan
pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya.
Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang
lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip
ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang.
Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi
Srikandi, dan Rachel Saraswati
Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan
mempersunting Ken Zuraida, istri
ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Mikriam Supraba. Tapi
pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam,
Rendra diceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.
Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan
Sjumanjaya, "Yang Muda Yang Bercinta" ia dicekal pemerintah Orde
Baru. Semua penampilan di muka publik dilarang. Ia menerbitkan buku drama untuk
remaja berjudul "Seni Drama Untuk Remaja" dengan nama Wahyu Sulaiman.
Tetapi di dalam berkarya ia menyederhanakan namanya menjadi Rendra saja sejak
1975.
Beberapa karya
Drama
§ Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
§ Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) -
1967
§ SEKDA (1977)
§ Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali)
§ Mastodon dan Burung Kondor (1972)
§ Lysistrata (terjemahan)
§ Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali)
§ Lingkaran Kapur Putih
§ Panembahan Reso (1986)
§ Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali)
§ Shalawat Barzanji
§ Sobrat
Kumpulan Sajak/Puisi
§ Ballada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
§ Blues untuk Bonnie
§ Empat Kumpulan Sajak
§ Sajak-sajak Sepatu Tua
§ Mencari Bapak
§ Perjalanan Bu Aminah
§ Nyanyian Orang Urakan
§ Pamphleten van een Dichter
§ Potret Pembangunan Dalam Puisi
§ Disebabkan Oleh Angin
§ Orang Orang Rangkasbitung
§ Rendra: Ballads and Blues Poem
§ State of Emergency
(Sumber: Wikipedia)
Langganan:
Postingan (Atom)